Hidup Di Pesantren
Nasehat Usai Pemilu
Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi
Kompetisi Pemilu dengan segala drama dan dinamika nya telah usai. Maka izinkan hamba yang fakir ini menulis beberapa nasehat berikut untuk kami pribadi dan untuk saudara-saudara kami semua. Semoga bermanfaat.
1. Hendaknya bagi kita untuk menyudahi pertikaian dan perdebatan serta permusuhan karena masalah pemilu. Kita harus saling menghargai dan berlapang dada atas perbedaan pandangan dan sikap. Tidak ada lagi saling nyinyir dan menodai kehormatan saudaranya apalagi ustadznya. Coba mari kita renungkan hadits berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ : سَافَرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِيْ رَمَضَانَ فَصَامَ بَعْضُنَا وَأَفْطَرَ بَعْضُنَا فَلَمْ يَعِبِ الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ وَلاَ الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ
Dari Anas bin Malik berkata: Aku safar bersama Rasulullah di bulan Ramadhan, sebagian kami ada yang berpuasa dan ada yang berbuka (tidak puasa), namun yang puasa tidak mencela yang berbuka, dan yang berbuka tidak mencela yang berpuasa”. (HR. Bukhari 1947 dan Muslim 1121)
Perhatikanlah bagaimana sikap para sahabat Nabi yang begitu dewasa dan berlapang dada, tidak saling menghina karena perbedaan sikap dan pilihan diantara mereka. Bukankah kita ingin meneladani jejak mereka?!
Maka bersihkan hati kita dari segala noda kebencian dan kedengkian serta permusuhan. Sungguh sangat mahal persatuan dan persaudaraan harus terkoyak hanya karena perbedaan sikap terkait masalah ini. Terlebih lagi, kita akan menyongsong bulan suci Ramadhan yang penuh berkah, mari beningkan hati dari segala kotoran. Menarik, Al Hafidz Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif hlm. 330-331 ketika membahas amalan bulan Syaban: “Amalan paling utama adalah kesucian hati dari berbagai jenis kebencian dan permusuhan”.
Ingatlah bahwa semua ucapan dan tulisan kita, sikap dan pilihan kita apapun itu, akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Maka jagalah ucapan dan tulisan kita semua. Apapun pilihan dan sikapmu, siapkan hujjahmu!
2. Tugas manusia di dunia ini adalah ikhtiyar dan doa dengan berusaha memihak kepada kebenaran dan kemaslahatan menurut ilmu kita. Namun di atas semua itu, ada Allah yang punya kendali atas semuanya. Dia lah yang memberikan dan mencabut kekuasaan dari siapapun yang dikehendakiNya.
Maka kita harus kembali kepada Allah, berhusnu dzon kepada Allah dan menyakini bahwa di balik takdirNya pasti ada hikmah-hikmah yang terbaik untuk hambaNya.
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
Mari kita perbanyak istighfar dari segala dosa, dan berbenah diri dari segala kekurangan kita, karena sejatinya pemimpin adalah potret kualitas kita sebagai rakyatnya, sebagaimana kata para ulama kita.
3. Apapun hasil final pemilu nanti dan siapapun yang menang dan terpilih sebagai pemimpin muslim, maka marilah kita laksanakan kewajiban kita sebagai rakyat yaitu mendengar dan taat kepadanya sebagaimana ajaran Al-Qur’an dan sunnah selagi tidak memerintahkan kepada maksiat. Jika memerintahkan kemaksiatan maka tidak boleh untuk didengar dan ditaati namun tetap kita tidak boleh memberontak kepemimpinannya.
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَ اْلسَّمْعِ وَ اْلطَّاعَةِ وَ إِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا
“Aku wasiatkan kepada kalian dengan taqwa kepada Alloh k/ dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekalipun dia adalah budak Habsyi (orang hitam)”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/126-127, Abu Dawud 4607, Tirmidzi 2676, Ibnu Majah 42,43 dll, dishahihkan Al-Albani dalam Irwaul Ghalil 2455).
عَلىَ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أَمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) dalam perkara yang ia senangi dan ia benci kecuali apabila diperintah kemaksiatan. Apabila diperintah kemaksiatan maka tidak perlu mendengar dan taat. (HR. Bukhari 13/121, Muslim 3/1469).
Bahkan para ulama sepakat wajibnya taat kepada pemimpin yang mendapatkan kekuasaanya dengan cara yang tidak benar.
Ibnu Umar berkata:
نَحْنُ مَعَ مَنْ غَلَبَ
“Kami bersama orang yang menang dan berkuasa.”(Al Ahkamu Sulthaniyyah, Al Farra’, hlm. 23)
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
قَدْ أَجْمَعَ الْفُقَهَاءُ عَلَى وُجُوْبِ طَاعَةِ السُّلْطَانِ الْمُتَغَلِّبِ وَالْجِهَادِ مَعَهُ وَأَنَّ طَاعَتَهُ خَيْرٌ مِنَ الْخُرُوْجِ عَلَيْهِ لِمَا فِيْ ذَلِكَ مِنْ حَقْنِ الدِّمَاءِ وَتَسْكِيْنِ الدَّهْمَاءِ
“Para fuqaha telah sepakat atas wajibnya menaati penguasa yang menguasai keadaan dan berjihad bersamanya, dan bahwasanya ketaatan kepadanya lebih baik daripada memberontak kepadanya karena di dalam ketaatan tersebut akan menjaga tertumpahnya darah dan menenangkan keadaan.” (Fathul Bari 13/7)
4. Marilah kita semua menjaga stabilitas keamanan negara dan menjaga emosi kita tatkala pilihan kita menemukan ujungnya dan tak sesuai dengan harapan kita, karena keamanan adalah sesuatu yang harus kita jaga bersama demi terjaganya nyawa, harta dan agama, lebih daripada hanya sekedar membela dan fanatik kepada pemimpin atau golongan tertentu. Para ulama mengatakan:
الْمَصْلَحَةُ الْعَامَّةُ مُقَدَّمَةٌ عَلَى الْمَصْلَحَةِ الْخَاصَّةِ
“Kemaslahatan umum lebih didahulukan daripada kemaslahatan pribadi”(Al Muwafaqot 6/123 karya Asy Syathibi)
Marilah kita ingat selalu pesan Rasulullah agar kita menghindari segala kekacauan dan tidak terlibat/berkecimpung di dalamnya. Rasulullah bersabda:
سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ ، وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِى ، وَالْمَاشِى فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِى ، مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ ، فَمَنْ وَجَدَ فِيهَا مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِه
Akan terjadi fitnah, orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada yang berlari, barangsiapa yang mencari fitnah maka dia akan terkena pahitnya dan barangsiapa yang menjumpai tempat berlindung maka hendaknya dia berlindung”. (HR. Bukhori 3601 dan Muslim 2776). Kita berdoa kepada Allah agar menjaga negeri kita dan memberikan pemimpin yang adil dan amanah, peduli kepada agama Islam dan sayang kepada rakyat.
Perbedaan Adalah Rohmat
Perbedaan Adalah Rohmat yang harus selalu dipelihara dan dihiasi dengan mutiara-mutiara indah demi menuju Yang Maha Indah. Boleh dibilang saya ini dulu pengguna celana cingkrang (no isbal). Meski saya tak pernah usil mengomentari pengguna celana gondrong. Tapi atas pilihan saya ini banyak sekali orang berkomentar miring terhadap pilihan saya. Dibilang inilah, itulah, dan apalah.
Dan kalaupun saat ini saya gak pake celana cingkrang lagi. Bukan berarti saya telah berpindah dari sesuatu yang salah kepada sesuatu yang bener, atau sebaliknya. Karena pada akhirnya dua-duanya bener dan gak ada yang salah, Sama-sama punya dalil dan sama-sama punya hujjah. Dan dalam masalah ijtihad, Setiap kita akan sama-sama dapet pahala, dua bagi yang bener dan satu bagi yang salah. Karena yang salah dan gak dapet pahala adalah orang yang kerjanya nyalah-nyalahin orang mulu.
kalau saat ini saya berpindah kembali menggunakan celana yang biasa-biasa aja (ngegantung gak, nyapu jalan juga gak). itu karena perubahan saya aja dalam memahami hukum isbal ini.
kalau sebelumnya saya memahami bahwa celana isbal-lah yang menyebabkan masuk neraka. Tapi sekarang saya memahami bahwa kesombonganlah yang menyebabkan seseorang masuk neraka.
kalo sebelumnya saya meyakini bahwa mo sombong atau gak, celana melebihi mata kaki (isbal) tetep haram. Tapi sekarang, mo celana melebihi mata kaki (isbal) atau tidak, kesombongan tetap haram.
Selain karena dasar berubahnya pemahaman, saya juga berubah karena ulama yang di ikuti, kalau dulu kepada Syeikh Bin Baz rahimahullah. kalo sekarang kepada Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Al-Imam An-Nawawi rahimahumallah. Keduanya adalah begawan ulama sepanjang zaman. Dan keduanya mengatakan “bahwa isbal itu hanya diharamkan bila diiringi rasa sombong”.
begitupun dengan pada sebagian ulama salaf (mazhab) seperti imam syafi’i, hambali dan hanafi tidak sampai pada tingkat mengharamkan. Hanya memakruhkan saja. Dengan kata lain mereka menyunnahkan mengenakan celana/sarung di atas mata kaki.
sehingga dengan demikian, bagi yang isbal jangan meremehkan yang tidak isbal dan begitu juga sebaliknya.
dan kalaupun saya meninggalkan celana cingkrang itu juga bukan karena saya meremehkan sunnah, tapi lebih kepada karena saya menuruti permintaan orang tua Untuk mengenakan celana yang biasa-biasa aja. karena memang sebelumnya pernah ada perselisihan tentang masalah ini dengan mereka. Dan saya sadar menurutinya dan mengalah itu lebih wajib ketimbang harus adu mulut dengan Mereka karena masalah ini.
Dan oleh karena permasalahan ini telah terjadi peselisihan sebelumnya dikalangan para ulama terdahulu. Maka yang kita lakukan adalah tinggal memilih tanpa harus menjelekkan lagi orang yang berbeda pilihan dengan kita. Kenapa? Karena sama saja kita menjelekkan ulama salaf yang memang telah mengeluarkan pendapat yang berbeda dengan yang kita yakini benar.
Akhir kata dari saya, tulisan bukanlah sebuah kebenaran mutlak, tapi hanya sekedar catatan pemahaman yang saya yakini benar. Dan yang berbeda dengan saya juga tak perlu merasa disalahkan. karena saya juga tidak sedang menyalahkan kebenaran.
Karena pada akhirnya, tidak ada jaminan kita bisa selamat atas sebuah pilihan yang kita yakini benar, jika nyatanya kita merasa menjadi orang yang paling benar hingga harus menyalahkan orang yang sebenarnya juga belum tentu salah.
Wa Allahu ‘alam Bisshawab..
Jakarta, 5 April 2016
Disarikan dari Proses Berfikir
By Chairil Musabani
BERSIHKAN HATI
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ هو الذى بعث في ألآميين رسولآ منهم يتلوا عليهم ءايته ويزكيهيم ويعلمهم الكتاب والحكمة وان كانوا من قبل لفي ظللٍ مبين ( ألجمعه
Tina ayat eta aya sababaraha pelajaran anu tiasa ku urang di candak diantawisna bahwa Rasulullah di utus ka umatna kanggo ngadugiken ayat-ayat-Na, Ngabersihken sareng nyuciken hate-hatena oge piken ngajarken kitab sareng sunnah Rosulullah SAW.Adapun maksad nyuciekn dina kalimat (ويزكيهم) Alqurtubi berpendapat : Continue reading
Kisi-kisi Kehidupan
Hari-hari di Pesantren Khz Musthafa Sukamanah pada satu, tiga, lima atau sepuluh tahun yang lalu adalah diantara saat-saat terindah bagi kita yang memang pernah merasakan tinggal dan mengenyam pendidikan di dalamnya.
Mungkin, masing-masing kita berbeda dalam memaknai semua keindahan masa lalu di sukamanah. Mungkin Ada yang memaknai bahwa keindahan bagi mereka ada pada saat ketika mereka masih belajar mengeja sesuatu yang tak tampak menjadi seolah seperti ada, dan mengeja sesuatu yang tak terlihat menjadi tampak seolah begitu nyata, mungkin tentang syurga itu, atau tentang kengerian neraka itu. Continue reading
Menyambut Ramadhon
Romadhon sudah diambang pintu. Semua lapisan masyarakat muslim menyambut datangnya bulan penuh berkah ini dengan segala kegembiraan, dan suka cita. Wajah-wajah mereka ceria karena kerinduan yang mendalam ingin bertemu dengan “Bulan Romadhon” ; ingin mengisi hari-hari berkah ini dengan amal sholeh, baik itu berupa sholat tarawih, membaca Al-Qur’an, bershodaqoh, berdzikir, membantu kaum muslimin, memberi makan para fakir-miskin, menyiapkan buka puasa, dan sebagainya. Continue reading
Peringatan Nujulul Quran sebuah renungan
Peristiwa nuzulul Qur’an adalah peristiwa spiritual yang agung bagi kita, dimana Alquran di turunkan saat Lailatul Qadar, dari Lauhul Mahfudz ke Langit Dunia, yang kelak dikenal sebagai “malam seribu bulan”. Tetapi mengapa kita kurang menyambutnya dengan kesiapan-kesiapan spiritual kita sehingga transformasi moral dalam diri kita terjelma sebagai generasi-generasi yang qur’ani yang bisa memberikan pengaruh positif terhadap proses pengabdian kita sehari-hari kepada Yang Maha Kuasa. Continue reading