Antara Pesan dan Kesan

Haplah MuharomiyahHaplah Muharomiyah

Setiap jenak episode kehidupan selalu menyisakan kenangan dalam memori anak manusia. Kenangan tersebut biasa dikenal dengan istilah kesan, karena itu kesan merupakan sebuah keniscayaan dalamkehidupan. Akan tetapi, di pihak lain, setiap jenak episode kehidupan pun selalu disertai dengan pelajarn dan pesan kebermaknaan serta kearifan yang lazim kita sebut pesan atau saya sering menyebutnya sebagai ajaran hidup dan kehidupan. Dengan demikian tidak terlalu berlebihan bila saya katakan “selalu ada pesan dan kesan dari setiap jenak episode kehidupan manusia”.
Sebuah kesan biasanya lebih berkaitan dengan hal-hal yang berdimensi eksoteris (lahiri), karena kesan merupakan sekumpulan data yang terrekam dalan memori anak manusia yang masuk melalui penglihatan mata, pendengaran telinga serta penciuman hidung. Karena itu, sebuah kesan mudah sekali didapatkan. Sementara di sisi lain pesan yang merupakan sisi lain dari sebuah plot kehidupan manusia lebih dan terkait dengan hal-hal yang berdimensi esoteris (batini), karena itu sebuah pesan sangat sulit untuk ditangkap, atau kadang pesan itu dapat ditangkap tapi sudah tidak utuh. Kalau boleh diumpamakan, kesan itu bak jasad yang kasat mata, yang bisa disentuh, diraba dan dilihat oleh indera, sementara pesan itu bak ruh yang tak tampak dan terjangkau oleh indera. Jika memang benar perumpamaannya demikian, maka kita bisa menarik sebuah kesimpulan atau setidaknya hipotesa (dugaan sementara) bahwa antara pesan dan kesan itu memiliki hubungan atau keterikatan yang erat, dan memang sebuah pesan biasanya diambil dari kesan dengan melalui tahap kontemplasi atau perenungan.
Seperti halnya sebuah even yang baru saja dilaksanakan oleh insan pesantren KH. Zainal Musthafa Sukamanah Tasikmalaya, yakni sebuah acara yang yang diadakan dalam rangka menyambut tahun baru Islam (1 Muharram 1430 H) yang dikemas dalam nama Haflah Muharramiyyah dan mengambil tema “La Tata’akhkhar Qabla an Tujarrib” (Pantang Mengatakan Tidak Sebelum Mencoba). Merupakan sebuah keniscayaan, bila acara ini meninggalkan kesan yang sangat kuat dalam memori santri Sukamanah, akan tetapi kesan hanyalah kesan, hanya kenangan. Ia hanya akan berharga dan menjadi pelajaran jika kita renungkan dan pikirkan, sehingga makna dari sebuah kesan atau ajaran hidup dan kehidupan dapat kita tangkap. Dengan demikian tidak hanya kesan yang didapatkan, akan tetapi juga pesan.
Selama kurang lebih dua minggu insan pesantren Sukamanah berpacu, berlomba, dan berkreasi untuk berprestasi. Tak hanya waktu yang mereka luangkan akan tetapi juga tenaga dan pikiran. Di sini mereka benar-benar berjuang dan ingin terlahir sebagai manusia yang mengukir sejarah. Itulah kesan dari even tersebut. Menurut saya kesan tersebut sebenarnya mengandung sebuah pesan kehidupan yang sangat mendalam, jika kita sejenak saja mau merenungkannya. Dan tak mustahil alur perubahan kita diawali dari sini.
Perjuangan dan kesungguhan yang dilakukan insan pesantren Sukamanah memiliki hubungan yang sangat erat dengan nilai yang terkandung dalam peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammmad Saw dari Makkah ke Madinah. Hijrah merupakan sebuah perjuangan bagi kaum Muslimin pada saat itu, terlebih lagi bagi mereka Kaum Muhajirin. Mereka berjuang untuk kebebasan dari penindasan dan kesewenang-wenangan kaum Kafir Quraisy, sehingga tak hanya tenaga, pikiran dan harta yang mereka korbankan, akan tetapi juga jiwa dan raga. Mereka rela melakukan hal itu, karena mereka berharap akan adanya sebuah kebebasan. Dengan demikian peristiwa Hijrah mengindikasikan adanya usaha pembebasan diri dari hal-hal keduniaan, baik itu harta, kelurga dll. Maka dengan Haflah MUharramiyyah jangan dimaknai hanya sebatas kesan tapi juga harus sampai pada pesan moral yang menjadi ajaran hidup dan kehidupan bahwa even tersebut meruoakan aktualisasi dari insan pesantren Sukamanah untuk membebaskan diri dari kebodohan, kemalasan dan kesia-siaan. Seperti halnya kaum Muhajirin yang ingin dan berusaha terbebas dari hal-hal yang bersifat keduniaan.
Dengan demikian saya secara pribadi berharap bahwa kegiatan tersebut bisa menjadi awal perubahan bagi insan pesantren Sukamanah. Sehingga bisa terbebas dari kebodohan dan dunia yang sering menipu daya.

By: Jejen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *