ArtikelTasawufTauhid

Berpisah dengan orang yang kita cinta

Dalam hidup ini, kita pasti pernah punya kisah tentang perpisahan yang selalu berakhir dengan tangisan. Terlebih, ketika termasuk alumni pesantren sukamanah. Pasti kita punya cerita yang seragam tentang masalah ini. Cerita tentang tangis kita karena di tinggal kakak-kakak kelas kita, atau cerita tentang tangis karena mesti dan harusnya kita meninggalkan adik-adik kelas kita. Dan itu semua berangkat dari sebuah kenyataan, bahwa kita mesti berpisah dengan orang-orang yang kita cinta.

Dan dari semua alur cerita perpisahan yang pernah kita lalui, tampaknya itu tak pernah bisa merubah cara kita dalam memandang salah satu takdir Allah yang kita mengenalnya sebagai perpisahan. Karena sampai saat ini, kita masih saja mengartikan perpisahan ini sebagai sesuatu yang menyakitkan, menyedihkan dan sesuatu yang kita hendak lari daripadanya.

Padahal kalau kita mau jujur dan sejenak menyadari, sebenarnya ada makna-makna lain dari dari perpisahan itu;

Pertama, sebenarnya kita justru butuh akan adanya perpisahan dan karena kita akan benar-benar sedih, ketika justru tak ada perpisahan. Mungkin seperti cerita tentang cerita tangis kita karena harus meninggalkan adik-adik kelas kita. Padahal kalau kita mau jujur, sebenarnya kita justru akan benar-benar bersedih dan menangis ketika kita tak pernah bisa berpisah dengan mereka (tinggal kelas/tidak lulus).

Kedua, perpisahan adalah kebahagian. Mungkin seperti cerita tentang mestinya kita berpisah dengan kedua orang tua kita karena sebuah alasan bahwa kita hendak memulai hidup baru, atau kita hendak menikah dengan orang yang kita cinta. Maka sesedih apapun kita karena harus meninggalkan mereka. Saya rasa, itu telah terobati oleh sebuah perasaan bahagia, bahwa akhirnya kita bisa menikah dengan orang yang kita cinta.

Ketiga, perpisahan sebagai tanda kematangan atau kesempurnaan. Mungkin seperti mestinya sang janin berpisah dengan rahim (di lahirkan) sebagai sebuah tanda kematang atau kesempurnaannya untuk siap memulai hidup.

Atau seperti cerita tentang tangisnya Abu Bakar ketika ia mendengar firman Allah swt, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah : 3). Ya, karena abu bakar paham bahwa suatu perkara apabila telah sempurna maka akan muncul kekurangannya. Dan kekurangan yang abu bakar maksud adalah telah dekatnya waktu perpisahan antara dirinya dengan kekasih tercintanya, Rasulullah saw. dan memang benar saja, karena 81 hari setelah ayat itu turun, Rasulullah saw meninggalkan semua orang-orang yang mencintainya.

Dan adalah Allah, Dzat yang telah menghendaki perpisahan itu-pun tahu, bahwa abu bakar, umar, usman, ali dan para sahabat lainya telah benar-benar matang dan siap tuk tetap melanjutkan perjuangan dakwah rasulullah saw meskipun pada akhirnya rasulullah tak bisa lagi menyertai mereka dalam kebersamaan. Betapapun tidak, karena perjuangan dan kematangan mereka di masa lalu, telah mengantarkan islam dan keimanan kepada kita di saat ini.

Dan hari ini, ketika takdir harus memisahkan kita dengan orang yang kita mencintainya. Maka tetaplah yakin, bahwa Allah swt sebenarnya tahu dan telah percaya, bahwa kita telah benar-benar siap dan kuat untuk tetap bisa melanjutkan hidup meski tanpa kehadiran dan kebersamaan orang-orang yang kita cinta.

Wallahu a’lam bisshawab

By: Chairil

Copyright Pesantren di Tasikmalaya : PESANTREN KHZ MUSTHAFA SUKAMANAH.

4 thoughts on “Berpisah dengan orang yang kita cinta

  • Artikelnya sangat menarik. Bagaimana cara menghadapi berpisah dengan orang yang paling penting?

    Reply
    • Maaf sebelumnya. Salah satu yang terbaik untuk menghadapinya, Kita harus sangat sadar bahwa semua kejadian pada kehidupan ini hanyalah aturan Yang Maha Kuasa. Dan semua makhluk pasti akan berakhir dengan Kekuasaan Alloh yang Maha Mengatur. Dan semua yang kita lakukan hanyalah kewajiban berusaha. WALLOHU ‘Alam

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *