Berita

*Khadijah Memang Wanita Istimewa.

*Khadijah Memang Wanita Istimewa.

DUA PERTIGA (2/3) wilayah Makkah adalah milik Siti Khadijah binti khuwailid, istri pertama Rasulullah ﷺ. Ia wanita bangsawan yang menyandang kemulia’an dan kelimpahan harta kekaya’an. Namun ketika wafat, tak selembar kafan pun dia miliki. Bahkan baju yang dikenakannya di sa’at menjelang ajal adalah pakaian kumuh dengan 83 tambalan.

“Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba,” bisik Khadijah kepada Fatimah sesa’at menjelang ajal. “Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut memintanya sendiri.”

Mendengar itu Rasulullah berkata, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di syurga.”

Siti Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rasulullah. Didekapnya sang istri itu dengan perasa’an pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata Mulia Rasulullah dan semua orang yang ada di situ.

Dalam suasana seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.

Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya, “Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?”

“Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan,” jawab Jibril yang tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis.

Rasulullah bertanya, “Kenapa, ya Jibril?”

“Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” jawab Jibril.

Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah, “Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak kan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Mahamengetahui semua amalanmu. Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum Muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum Muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban!?”

Tersedu Rasulullah mengenang istrinya semasa hidup.

Khadijah.

Dikisahkan, suatu hari, ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, beliau masuk ke dalam rumah. Khadijah menyambut, dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Khadijah, tetaplah kamu di tempatmu.”

Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Sa’at itu seluruh kekaya’an mereka telah habis. Seringkali makanan pun tak punya, sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah r.a.

Kemudian Rasulullah mengambil Fatimah dari gendongan istrinya, dan diletakkan di tempat tidur. Rasulullah yang lelah sepulang berdakwah dan menghadapi segala caci-maki serta fitnah manusia itu, lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur.

Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah hingga membuat beliau terjaga.

“Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?” tanya Rasulullah dengan lembut.

Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekaya’anmu habis. Adakah engkau menyesal, wahai Khadijah, bersuamikan aku ?” lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.

“Wahai suamiku, wahai Nabi Allah. Bukan itu yang kutangiskan,” jawab Khadijah.

“Dahulu aku memiliki kemulia’an, Kemulia’an itu telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku adalah bangsawan, Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan Rasu-lNya. Dahulu aku memiliki harta kekaya’an, Seluruh kekaya’an itupun telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya.”

“Wahai Rasulullah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambillah tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu.”

“Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah, Ingatkan mereka kepada yang hak, Ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah.”

Rasulullah pun tampak sedih.

“Oh Khadijahku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?”

“Aku, ya Rasulullah!” sahut Ali bin Abi Thalib. jawab, menantu Rasullulah.

Di samping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdo’a kepada Allah.

“Ya Allah, ya ILahi Rabbiy, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam, Mempercayaiku pada sa’at orang lain menentangku, Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku, Menenteramkanku pada sa’at orang lain membuatku gelisah.”

Semoga bermanfaat

آمِيّنْ

Alloh Maha Penyayang

  1. Allah telah mempersiapkan bagi manusia alam semesta sebelum Allah menciptakannya agar dapat memelihara alam tersebut. Allah menyediakan bumi, dimana didalamnya disediakan kadar udara lebih banyak dari air, dan air lebih luas dari daratan. Karena Allah tahu bahwa kebutuhan kita akan udara lebih mendesak dan banyak daripada air dan kebutuhan kita akan air lebih mendesak daripada makanan. Dan Allah menundukkan matahari yang salah satu hikmahnya menjadi menjadi kompor bagi tanaman sehingga bisa menghasilkan masakan(buah) yang bisa kita nikmati. Dan juga menjadikan malam menutupi siang. Semuanya ini disediakan oleh Allah untuk manusia jauh sebelum manusia diciptakan.
  2. Dan tidak berhenti sampai disitu, setelah manusia diciptakan, Allah juga hadirkan penjaga untuk membela orang yang tidak dapat membela dirinya sendiri. Dan tugas penjagaan ini diserahkan Allah kepada malaikat.

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ

‘Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah…. ”

Kata mu’aqibat mengindikasikan keberadaan malaikat di depan dan di belakang manusia sebagai tindakan penjagaan. Inilah yang dilakukan oleh Abu Bakar saat melakukan hijrah bersama Rasul. Beliau terkadang berjalan di depan dan di lain waktu di belakang. Saat Abu Bakar di depan maka dia bertujuan untuk melihat apakah ada yang mengintai Rasul, dan kalau di belakang Rasul adalah untuk memeriksa kalau kalau ada yang mengikuti jejak perjalanan keduanya.

Salah satu buktinya, penelitian yang dibuat oleh manusia terhadap orang-orang yang menjadi korban patukan ular. Korban-korban ini terkena patukan ular saat berada dalam keadaan sadar dan bukannya ketika tidur, karena saat tidur ada yang menjaga manusia. Sebaliknya, dalam keadaan sadar manusia sering kali bersikap berangusan dan lalai yang membuatnya sampai dipatuk ular. Dan ini hanya satu contoh kecil diantara banyaknya penjagaan.

  1. Dan setelah penjagaan malaikat, maka Allah anugrahkan pertolongan atau penjagaan lain berupa dianugrahkannya “Manhaj Allah” agar manusia tetap dalam kebaikan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.

Mungkin timbul pertanyaan: “Kalau begitu, mengapa terjadi bencana alam, kekalahan, kerugian dan segala hal yang seolah menandakan bahwa Allah tak memberikan penjagaan maupun pertolonganNya kepada kita?”

Jawabanya, semuanya terjadi karena manusia merubah manhaj. Sementara pemeliharaan Allah hanya berlaku selama manhajNya di tegakkan.

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat- nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS an-Nahl [16]: 112)

Sehingga benarlah jika di kelanjutan ayat setelah berita Penjagaan malaikatNya, Allah tegaskan peringataNya bahwa,

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

“… Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS.Ar-Ra’d ayat 11)

Demikianlah, sebelum manusia lahir sudah ada ketetapan pemeliharaan dari Allah dan ini akan tetap terlaksana selama manusia mau berjalan di jalan yang lurus. Namun bila manusia berpaling, maka tidak ada lagi pemeliharaan atasnya sehingga terjadilah bencana sebagai peringatan dan nasihat agar dia mau kembali ke jalan yang benar.

Dan tidak salah bila ada seorang filosof yang mengatakan:

إن الله لا يتغير من أجلكم ولكن يجب أن تتغيروا أنتم من أجل الله

“Sesungguhnya Allah tidak akan pernah berubah demi kamu, akan tetapi kamulah yang wajib berubah demi Allah.”

Memang benar Allah tidak akan mengazab hambanya selama Nabi Muhammad SAW ada ditengah-tengah mereka.

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka..”(QS.Al-Anfal Ayat 33)

Tapi hal perlu kita ketahui juga adalah bahwa Allah tidak akan menolong Hambanya yang tidak tunduk terhadap Manhaj Allah walapun Rasulullah ada di tengah-tengah tengah mereka.

Buktinya, Allah tidak memberikan pertolongan pada perang uhud sebagaimana pertolongan perang pada badar dengan bantuan malaikatNya. Padahal Rasulullah juga ada disitu.

Dan penyebabnya adalah karena sebagian pasukan muslimin (pemanah) tidak mau tunduk dan taat terhadap perintah Rasulullah.

أولما أصابتكم مصيبة قد أصبتم مثليها قلتم أني هذا قل هو من عند أنفسكم

“Apakah ketika kalian ditimpa musibah (di perang uhud) sementara kalian telah mendapatkan kemenangan dua kali lipat (di perang badar), kalianpun berkata: “Bagaimana kami bisa kalah? Katakan, “(Musibah kekalahan itu) berasal dari diri kalian sendiri” (QS. Ali Imron: 165)

Dan akhirnya kita tahu,

“Bahwa semua orang itu dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang kecuali mereka mengubah kenikmatan menjadi keburukan sebab perilakunya sendiri dengan bersikap zalim dan saling bermusuhan kepada saudaranya sendiri.” (Muhammad bin Jarir at-Thabari, Jami’ul Bayan fi ta’wilil Qu’an)

Wa Allahu ‘alam Bisshawab

Jakarta, 22 Februari 2023

Disarikan dari Kajian Tafsir Asy-Sya’rawi

Perbedaan Adalah Rohmat

Perbedaan Adalah Rohmat yang harus selalu dipelihara dan dihiasi dengan mutiara-mutiara indah demi menuju Yang Maha Indah. Boleh dibilang saya ini dulu pengguna celana cingkrang (no isbal). Meski saya tak pernah usil mengomentari pengguna celana gondrong. Tapi atas pilihan saya ini banyak sekali orang berkomentar miring terhadap pilihan saya. Dibilang inilah, itulah, dan apalah.

Dan kalaupun saat ini saya gak pake celana cingkrang lagi. Bukan berarti saya telah berpindah dari sesuatu yang salah kepada sesuatu yang bener, atau sebaliknya. Karena pada akhirnya dua-duanya bener dan gak ada yang salah, Sama-sama punya dalil dan sama-sama punya hujjah. Dan dalam masalah ijtihad, Setiap kita akan sama-sama dapet pahala, dua bagi yang bener dan satu bagi yang salah. Karena yang salah dan gak dapet pahala adalah orang yang kerjanya nyalah-nyalahin orang mulu.

kalau saat ini saya berpindah kembali menggunakan celana yang biasa-biasa aja (ngegantung gak, nyapu jalan juga gak).  itu karena perubahan saya aja dalam memahami hukum isbal ini.

kalau sebelumnya saya memahami bahwa celana isbal-lah yang menyebabkan masuk neraka. Tapi sekarang saya memahami bahwa kesombonganlah yang menyebabkan seseorang masuk neraka.

kalo sebelumnya saya meyakini bahwa mo sombong atau gak, celana melebihi mata kaki (isbal) tetep haram. Tapi sekarang, mo celana melebihi mata kaki (isbal) atau tidak, kesombongan tetap haram.

Selain karena dasar berubahnya pemahaman, saya juga berubah karena ulama yang di ikuti, kalau dulu kepada Syeikh Bin Baz rahimahullah. kalo sekarang kepada Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Al-Imam An-Nawawi rahimahumallah. Keduanya adalah begawan ulama sepanjang zaman. Dan keduanya mengatakan “bahwa isbal itu hanya diharamkan bila diiringi rasa sombong”.

begitupun dengan pada sebagian ulama salaf (mazhab) seperti imam syafi’i, hambali dan hanafi tidak sampai pada tingkat mengharamkan. Hanya memakruhkan saja. Dengan kata lain mereka menyunnahkan mengenakan celana/sarung di atas mata kaki.

sehingga dengan demikian, bagi yang isbal jangan meremehkan yang tidak isbal dan begitu juga sebaliknya.

dan kalaupun saya meninggalkan celana cingkrang itu juga bukan karena saya meremehkan sunnah, tapi lebih kepada karena saya menuruti permintaan orang tua Untuk mengenakan celana yang biasa-biasa aja. karena memang sebelumnya pernah ada perselisihan tentang masalah ini dengan mereka. Dan saya sadar menurutinya dan mengalah itu lebih wajib ketimbang harus adu mulut dengan Mereka karena masalah ini.

Dan oleh karena permasalahan ini telah terjadi peselisihan sebelumnya dikalangan para ulama terdahulu. Maka yang kita lakukan adalah tinggal memilih tanpa harus menjelekkan lagi orang yang berbeda pilihan dengan kita. Kenapa? Karena sama saja kita menjelekkan ulama salaf yang memang telah mengeluarkan pendapat yang berbeda dengan yang kita yakini benar.

Akhir kata dari saya, tulisan bukanlah sebuah kebenaran mutlak,  tapi hanya sekedar catatan pemahaman yang saya yakini benar. Dan yang berbeda dengan saya juga tak perlu merasa disalahkan. karena saya juga tidak sedang menyalahkan kebenaran.

Karena pada akhirnya, tidak ada jaminan kita bisa selamat atas sebuah pilihan yang kita yakini benar, jika nyatanya kita merasa menjadi orang yang paling benar hingga harus menyalahkan orang yang sebenarnya juga belum tentu salah.

Wa Allahu ‘alam Bisshawab..

Jakarta, 5 April 2016

Disarikan dari Proses Berfikir

By Chairil Musabani

Sosok Istimewa Panutan Sejarah

Sosok istimewa, panutan sejarah & spirit masa depan dengan kecintaan tingkat tinggi kepada NKRI.

Hal ini terlihat, saat dihadapkan pada rombongan yang hendak melakukan penyerangan

“Beliau memilih bertahan & melarang pasukan santri untuk melawan, karena yang dihadapi bukan penjajah, namun bangsa sendiri”

Nilai nilai luhur ini tentu menjadi teladan & harus diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa & bernegara

Kompetisi dan fastabiqul khoirot untuk memberi yang terbaik dengan segenap kemampuan dan kapasitas menjadi pilihan, tidak ada perlawanan apalagi pertumpahan darah dengan sesama anak bangsa

H -25 puncak peringatan perjuangan KH. Zainal Musthafa

Doa’ kita semua untuk kyai dan para syuhada, semoga beliau tentram & ditempatkan ditempat istimewa disisi Allah Swt

Keluarga Besar Pesantren KH.Zainal Musthafa Sukamanah senantiasa diberikan Perlindungan, bimbingan & kekuatan untuk meneruskan warisan perjuangan

Salam ta’dzim untuk Panitia Peringatan KHZ. Musthafa Ke-79 dan Tasyakur Hari Jadi Pesantren Sukamanah Ke-96

Salam ta’dzim dari Alumni

Edi Bukhori

Tentang Sukamanah

Sukamanah adalah nama sebuah kampung yang pada asalnya bernama Cikembang yang berubah menjadi Sukamanah atas inisiatif dari pendiri pondok pesantren yaitu K.H Zainal Musthafa. Kemudian dinamailah pesantren tersebut menjadi pondok pesantren Sukamanah yang beridiri di atas tanah wakaf dari janda dermawan yang bernama Almagfurlah Hj. Siti Juairiah pada tahun 1927 H. Pondok pesantren Sukamanah berkembang menjadi pusat pembelajaran agama Islam sejak sebelum kemerdekaan Republik indonesia bahkan dalam peristiwa kemerdekaan pondok pesantren sukamanah ikut berperan dalam pergerakan perjuangan melawan tentara penjajah jepang pada waktu itu. Peristiwa perjuangan para santri sukamanah melawan tentara jepang terjadi pada tanggal 1 Rabi’ul awwal 1363 H (25 Februari 1944 M).
Pendiri pondok pesantren Sukamanah yaitu KH. Zainal Musthafa berbekal ilmu-ilmu yang diraihnya dari beberapa pesantren selama 17 tahun, beliau memimpin pesantren selama kurang lebih 17 tahun, karena terjadi pertempuran antara santri-santri Sukamanah dengan tentara jepang yang menyebabkan beliau ditangkap menjadi tawanan jepang. Berdasarkan dokumen kantor Erevel Belanda Ancol Jakarta beliau dan santri-santrinya telah menjalani hukuman mati pada tanggal 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di taman pahlawan Belanda, Ancol, Jakarta. Kemudian pada tanggal 25 Agustus 1973 jenazah beliau dan 17 orang pengikutnya dipindahkan ke makam pahlawan Sukamanah.
Dalam tempo 17 tahun tersebut Almagfurlah KH. Zainal Musthafa mampu mencetak banyak generasi menjadi alim yang sanggup dan cakap memberikan pelajaran agama di tempat/kampung halamanya masing-masing. Berkat kedalaman ilmu dan kemuliaan akhlaknya para santri datang berbondong-bondong dari berbagai pelosok, Sehingga santri yang diasramakan berkisar antara 600 s.d 700 orang yang ditampung di 6 asrama di tiap tahunnya. Adapun santri yang tidak di asrama (santri kalong) jumlahnya lebih dari sepuluh kali lipat dari yang di asrama. Di samping itu, ajengan Musthafa muda aktif dalam organisasi Nahdhatul Ulama (NU) dan ikut berperan dalam menggaungkan panji-panji NU di Tasikmalaya kala itu.
Pada tahun 1950 keadaan pesantren sepeninggal beliau dilanjutkan dan dirintis kembali oleh KH. Muh Fuad Muhsin Rohimahullah dan K.U. Abdul Aziz Rahimahullaah serta rekan-rekannya dengan bimbingan kakaknya KH. Wahab Muhsin Rahimahullaah. Kemudian pada tahun 2003 KH. Fuad Muhsin menyerahkan kepemimpinan pesantren kepada putranya KH. Drs. A. Thahir Fuad yang memimpin dan mengasuh pesantren peninggalan K.H. Zainal Musthafa sampai sekarang. Selanjutnya dalam perkembangannya pada tanggal 17 Agustus 1956 telah berdiri yayasan K.H. Zainal Musthafa Sukamanah. Yayasan ini bertujuan untuk melanjutkaan perjuangan pahlawan KH. Zainal Musthafa khususnya di bidang pendidikan yang tidak hanya membina pesantren namun melebarkan sayap dalam pendidikan formal. Melalui yayasan ini didirikanlah sekolah-sekolah formal yakni SMP-SMA K.H. Z. Musthafa, PGA Sukamanah (sekarang MAN 1 Tasikmalaya) dan Mts Sukamanah (sekarang MTsN 1 Tasikmalaya).
Dalam membentuk generasi muslim yang berakhlak mulia dan ilmiah yang berlandaskan Aqidah Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah pondok pesantren Sukamanah melaksanakan proses pendidikan dengan mempertahankan metode pondok pesantren salafiah yaitu kajian kitab karangan para ulama dengan cara bandongan dan sorogan dengan sistem klasikal. Selain itu pendidikan yang diselenggarakan menyesuaikan dengan tuntutan zaman dengan dasar Al-Muhafazatu ‘Ala Al-Qadim Al-Shalih Wa Al-Akhdzu Bi Al-Jadid Al-Aslah, para santri juga diharuskan untuk mengikuti program tahfidz (Al Qur’an, Hadits, matan kitab) setiap minggunya. dengan tujuan menguatkan hafalan Al Qur’an, Hadits serta ilmu nahwu shorof.
Selain menempuh pendidikan pesantren, para santri diwajibkan untuk mengikuti pendidikan formal di sekolah berbasis pesantren yang berada di bawah naungan Yayasan KH. Zainal Musthafa Sukamanah yakni SMP dan SMA KHZ. Musthafa. Berkat rahmat Allah Swt, sampai saat ini alumni-alumni pondok Pesantren KH. Zainal Musthafa Sukamanah sudah tersebar luas di hampir seluruh penjuru negeri dari sabang sampai merauke. Bagi para orang tua yang bermaksud untuk menitipkan anak-anaknya sebagai penerus tonggak perjuangan KHZ. Musthafa dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan warisan pahlawan nasional ini, silahkan mendaftarkan diri dengan mengikuti tahapan-tahapannya pada website ini atau langsung mendatangi Pondok Pesantren K.H. Zainal Musthafa.

Pembantaian Pedang Bambu, Dikubur Hidup-Hidup

KISAH kepahlawanan KH Zainal Musthafa patut untuk diingat.

Tak terasa usia perjuangannya kini sudah sampai 72 tahun. KHZ Msuthafa lahir dari keluarga petani kecil yang taat beragama. Pada tahun 1901 di Kampung Bageur Desa Cimerah Kecamatan Sukarame (dulu Kecamatan Singaparna). Sejak kecil, Musthafa sudah menimba ilmu agama di beberapa pesantren. Seperti Pondok Pesantren (Ponpes) Gunung Pari Kecamatan Sukarame, Ponpes Cilenga Kecamatan Leuwisari dan Ponpes Sukamiskin Bandung. Dan ternyata “KH Zainal Musthafa masih ada keturunan dari kerajaan Mataram Islam. Itu dibuktikan dengan peninggalan pedang Kerajaan Mataram yang disimpan saat ini,” Begitu kata salah-satu Cucu KH Zainal Musthafa Yusuf Hazim menceritakan kepada Radar usai menghadiri Talk Show di studio Radar Tasikmalaya TV kemarin (26/2).

Setelah belasan tahun menimba ilmu akhirnya, pahlawan nasional ini mendirikan sebuah Pesantren di Kampung Cikembang dengan nama Pesantren Sukamanah, Desa Sukarapih (dulu Cimerah) Kecamatan Sukarame (dulu Singaparna) pada tahun 1927. “Di atas tanah wakaf dari seorang janda kaya yang bernama Siti Juariah ,” ungkapnya.
Walaupun Pesntren telah berdiri, Perjuangan Pendidikan Islam di tanah Sukapura terus dilakukan melalui satu majelis ke majelis lainnya. Dari satu mimbar ke mimbar lainnya,dengan penuh harapan bagsa ini cerdas dan merdeka dari segala bentuk penjajahan.

Masuk masa penjajahan Belanda dan Jepang dalam kurun waktu 1940-1945, KHZ Musthafa terus lebih semangat mengajarkan Islam kepada para santrinya dan masyarakat Tasikmalaya. Beliau terus mengajak untuk lebih Bersatu dengan satu tauhid Islam. Karena ketauhidan kepada ALLOH semata adalah senjata untuk lebih mempersatukan ummat dan Insya Alloh pertolongan Alloh semakin dekat,” katanya.

Kemudian ternyata langkah-langkah perjuangan KH. Zainal Musthafa tercium penjajah,yang karenanya beliau sering dipaksa diturunkan dari mimbar karena dianggap menghasut masyarakat untuk melawan penjajah. Bahkan  Suatu waktu di masa penjajahan Jepang,setelah mereka mengatur setrategi dengan merotasi pemerintahan di Tasikmalaya,mereka mengumpulkan para Ulama tasik termasuk KH Zainal Musthafa di sebuah lapangan di depan Kewadanaan Singaparna. Mereka dipaksa dengan ditodongkan senjata untuk melakukan penghormatan kepada kaisar Jepang Hirohito (Seikerei) dengan menghadap ke arah timur. “Saat itu hanyalah KHZ Musthafa yang menolak untuk melakukannya. Bahkan ia mengatakan bahwa melakukan penghormatan kepada kaisar Jepang dan arah matahari terbit adalah perbuatan syirik,” cerita Yusuf.

Sejak saat itu, Musthafa mengumandangkan perlawanan terhadap para penjajah Jepang yang dianggap telah banyak berbuat Dlolim kepada bangsa ini dan lebih lagi mereka telah memaksakan perbuatan syirik kepada para alim ulama dan masyarakat. Dengan Iftiqor kepada Alloh Ia tidak pernah takut dalam mengumandangkan hal itu, karena ketauhidan yang dimiliki sangatlah kokoh. Dia yakin hanya dengan pertolongan Allah SWT Negeri ini akan merdeka Walaupun nyawa harus jadi taruhannya.

Lalu beberapa hari kemudian datanglah 4 kompetai Jepang ke Pesantren Sukamanah. Dan dengan congkak mereka menyuruh KH Zainal Musthafa tunduk ke Pemerintah Jepang, lalu KH Zainal Musthafa menjawab “ Bukan kami yang harus tunduk kepada kalian,kami ini asli bangsa Indonesia sedangkan kalian hanyalah penjajah yang menyengsarakan bangsa ini. Maka dengan penuh marah salah satu dari mereka menembakkan pistolnya ke dada KH Zainal Musthafa. Namun Alhamdulillah Pertolongan Alloh terjadi, tiga peluru itu tidak melukainya, bajunya sekalipun. Dan saat itu,dengan penuh harapan kepada Alloh beliau berteriak, Hancurlah Jepang ( Bahasa sunda: Hancur siah Jepang!!!). Menurut saya, ini adalah sebuah do’a dari hamba Alloh yang teraniaya yang pasti Mustajab,lalu dengan pekikan Takbir para santri membunuh tiga kompetai dan yang satu selamat, “Jelasnya.

Memasuki masa akhir perang dunia II atau tepatnya pada Jumat tanggal 25 Februari 1944, tentara Jepang melakukan penyerangan ke Pesantren Sukamanah. “Saat itu para santri sudah dibekali dengan Katauhidan yang sangat kokoh dan berbagai ilmu bela diri serta dipersenjatai dengan pedang yang terbuat dari bambu. Pedang ini lebih tajam dari pada semurai,” katanya.

Setelah melaksanakan salat Jumat KH Zainal Musthafa mampu melihat pergerakan tentara Jepang yang jumlahnya ratusan orang diangkut oleh truk-truk besar. “Tentara yang dikirim 90 persennya adalah heiho (tentara pembantu Jepang berkewarganegaraan Indonesia). Saya yakin ini adalah upaya adu domba yang dilakukan oleh penjajah Jepang,” kata Yusuf.

Lalu setelah penjajah sampai di Kampung Cihaur (Tetangga Pesantren Sukamanah),mereka meletuskan tiga kali tembakan yang memicu semangat jihad para santri. Namun setelah mereka terliahat, KH Zainal Musthafa berkata” Ternyata musuh kita bangsa kita sendiri. Karena itu Beliau mengkomando “Jangan dulu ada perlawanan sebelum mereka masuk ke garis peperangan (sambil menggariskan pedangnya,kira-kira dibawah gapura Pesantren sekarang). Dan ternyata Heiho itu terus semangat menyerang santri, maka terjadilah pertempuran sengit yang mengantarkan 86 orang Syuhada dan kurang lebih 300 orang korban dari pihak Jepang. Dan hal yang penting juga diketahui, saat itu yang memerintahkan mengakhiri peperangan adalah KH Zainal Musthafa. Beliau Menyerukan “Cukup…Hentikanlah, korban sudah banyak. Saya takut diantara musuh kita masih ada yang suka melaksanakan Sholat”, bebernya.

Pasca pertempuran berdarah tersebut, semuanya tidak ada yang tahu dimana KH Zainal Musthafa berada. Dan selang beberapa hari diketahui, ternyata Beliau Bersama 17 orang santrinya dipenjarakan di Tasikmalaya. Saat itupun KH Zainal Musthafa sempat berpesan kepada santri dan masyarakat. Pesan beliau: ”Janganlah kalian ada yng ngaku kenal dengan Musthafa, kalua terpaksa, katakanlah! kamu hanya kenal dengan santrinya. Biarkanlah resiko perang ini saya saja yang menanggungnya” lalu mereka dipindahkan ke Suka Miskin Bandung. Dan Selajutnya KHZ Musthafa Bersama 17 orang santrinya dibawa ke Ancol-Jakarta untuk diadili dan dieksekusi. Di sana semuanya dihukum mati dengan dikubur hidup-hidup oleh tentara Jepang. “Berbanding jauh dengan film Sang Kiai. Dalam film tersebut diperlihatkan bahwa KHZ Msuthafa dieksekusi dengan cara dipenggal. Padahal ia meninggal dengan cara dikubur hidup-hidup. Itu bisa dibuktikan ketika para santri menemukan makam beliau. Dan saat digali posisinya dalam keadaan duduk diatas paku dengan sorban dan tasbeh yang masih menempel. Kepalanya juga tidak terpisah, Bahkan bukti sejarah berupa Sorban, Tasbih dan Pedang Bambu, bisa dilihat dimuseum Siliwangi,” terang putra dari pasangan KH Fuad Muhsin dan Hj Siti Sofiah ini.

Yusuf juga ingin mengklarifikasi mengenai munculnya cerita KHZ Musthofa yang berkonflik gara-gara rebutan gabah padi dalam film Sang Kiai yang disutradari oleh Rako Prijanto itu. Cerita ini tidak benar. Pada saat itu, justru banyak masyarakat yang menitipkan gabah padi ke Ponpes Sukamanah lantaran takut dirampas Jepang. Dia menyayangkan sutradara film ini tidak pernah berkomunikasi terlebih dahulu dengan pihak keluarga KHZ Musthafa saat menyisipkan kisahnya dalam film Sang Kiai itu. (den)

Sumber : http://www.radartasikmalaya.com/berita/baca/5375/memperingati-perjuangan-kh-zainal-musthafa-ke-72-tahun.html

Copyright Pesantren di Tasikmalaya : PESANTREN KHZ MUSTHAFA SUKAMANAH.

Mau Kaya Selamanya Atau Miskin Selamanya?

Menjadi kaya adalah harapan semua orang, dan benar-benar menjadi kaya itu tergantung pada bagaimana cara kita memaknai dan meraih kekayaan tersebut.

Sehingga kalau benar cara kita, maka kayalah kita selamanya. Dan kalau salah cara kita, maka miskinlah kita selamanya.Dan adalah Allah juga rasulNYA sebenarnya menaruh harapan besar untuk kita menjadi kaya dalam makna sebenarnya dan dalam rentang waktu selamanya. tentu dengan memberikan caranya. Continue reading

Kontemplasi untuk kebangkitan negeri

Teriring salam dan doa’ semoga kita dan bangsa tercinta semakin maju dan jauh dari virus penghancur yang meluluh lantahkan negeri kita tercinta. Mengawali tulisan dengan mengutif dan menyajikan teks proklamasi yang menjadi symbol kemerdekaan: PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain¬lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, Hari 17 Bulan 8 Tahun ’05* Atas Nama Bangsa Indonesia Soekarno – Hatta Setiap pertengahan bulan Agustus, hampir di seluruh wilayah yang menjadi bagian dari NKRI mengadakan peringatan kemerdekaan. Continue reading

PERISTIWA PERLAWANAN SUKAMANAH DIBANGUN DIATAS DASAR KEAGAMAAN DAN KEBANGSAAN YANG KUAT

Sebuah renungan dan refleksi di hari peringatan perjuangan KH Zainal Musthafa Sukamanah.

Cita-Cita negara Islam dijunjung tinggi dalam hati sanubari rakyat sesuai dengan ajaran agama. Demikian pula semangat kemerdekaan sangat tebal masyarakat Singaparna yang terkenal kebenciannya terhadap penjajahan. Pada masa kolonial Belanda pun daerah ini mendapat pengawasan yang keras. Selain rakyat teguh beragama, teguh pula memegang kebangsaannya. Continue reading