Makna Tahun Baru Hijriyah
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَمُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَوَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. أما بعد معاسر المسلمين أوصيكم ونفس بتقو الله فقد فاز المتقون, أعود بالله من ا لسيطان الرجيم بسم الله الرحمان الرحيم إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Hadirin Sidang Jumat Rohima kumullah
Pada kesempatan yang mulia ini, di tempat yang mulia, dan di hari yang mulia ini, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan mutu keimanan dan kualitas ketakwaan kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu ketakwaan yang dibangun karena mengharap Rido Allah SWT dan bukan keridhaan manusia, ketakwaan yang dibuktikan dengan amal perbuatan dengan cara menjalankan setiap perintah Allah dan NabiNya karena mengharap rahmat Allah SWT, dan berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan Allah dan NabiNya karena takut terhadap azab dan siksaNya.
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah. Empat bulan tersebut adalah, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah dalam kitabnya, itu ada dua belas bulan yang alah ciptakan sejak diciptakannya langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram” (QS. At Taubah: 36)
Nabi SAW menjelaskan kepada kita dalam hadis bukhori : Tsalasun mutawaliyat (tiga bulan datang berturut-turut, dzulqodah, dzulhijah almuharom ) wa rojabu mudor, dan bulan rojab yang datang setelah jumadi sani dan sebelum bulan syaban )
Kata Muharram artinya ‘dilarang’. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak boleh berperang. Kiranya ada beberapa hal yang bisa kita ambil hikmahnya, antara lain :
- Peristiwa Hijrah adalah tonggak awal dimulainya penanggalan dalam kalender Islam. Sebuah peristiwa bersejarah yang patut dikenang dan bisa menjadi proses transformasi spiritual bagi kita. Di dalamnya terkandung makna dan keteladanan untuk sebuah pengorbanan sejati yang mengekspresikan perlawanan akan kebathilan sekaligus sikap konsisten mengedepankan kepentingan misi agama dari kepentingan apa pun, agar ia tetap lestari dan terjaga dari kepunahan meskipun karenanya harus rela meninggalkan negeri, harta, sanak saudara dan handai taulan Secara harfiyah hijrah artinya berpindah. Secara istilah mengandung dua makna yaitu: hijrah makani dan hijrah maknawi. Hijrah makani artinya adalah hijrah secara fisik berpindah dari suatu tempat yang kurang baik menuju yang lebih baik, Adapun hijrah maknawi artinya adalah berpindah dari nilai yang kurang baik menuju nilai yang lebih baik, dari kebathilan menuju kebenaran, dari kufur kepada Islam. Sabda Nabi :
المهاجر من هاجر ما نهى الله عنه
Ibnu Qayyim bahkan menyatakan Hijrah sebagai al-hijrah al-haqiqiyyah. Dimana hijrah fisik adalah refleksi dari hijrah maknawi itu sendiri. Dan dua makna hijrah tersebut sekaligus terangkum dalam makna spirit hijrahnya Rasulullah SAW dan para sahabatnya ke Madinah. Secara makani dan maknawi jelas mereka berjalan dari Mekah ke Madinah menempuh padang pasir sejauh kurang lebih dari 450 km untuk memperjuangkan misi al-Islam.
- Al-Qahthani menyatakan bahwa Hijrah sangat berhubungan erat dengan al-wala’ wal-bara, balhiya min ahammi takaalifahaa, (loyalitas dan berlepas diri )bahkan ia termasuk manifestasi yang paling penting. Penting karena menyangkut ketepatan sikap seorang muslim dalam memberikan perwalian kesetiaan dan pembelaan. Juga menyangkut ketepatan seorang muslim dalam menampakkan penolakan dan permusuhan kepada yang patut dimusuhi. Seperti halnya tradisi hijrah yang dilakukan para nabi dan rosul selalu dilandasi dengan semangat penegasan nilai sebuah loyalitas kesetiaan keimanan yang berujung menuju kepada yang lebih baik atas ridha Allah SWT. Nabi Ibrahim Khalilullah AS milsalnya, beliau telah melakukan hijrah beberapa kali dari Babilon ke Palestina dari Palestina ke Mesir dari Mesir ke Palestina lagi, semua demi sebuah risalah ajaran yang suci.
- Hijrah adalah sebuah pertaruhan pengorbanan. Setelah Rosul dan para sahabat keluar dari ujian berupa siksaan dan cercaan, ejekan dari Kafir Quraisy di Mekah tidak otomatis menjadikan mereka bebas dari ujian berikutnya. Tengoklah bagaimana para sahabat meninggalkan keluarga tercinta, rumah, pekerjaan, tanah air, sanak family dan handai taulan. Secara lahiriyah umumnya naluri manusia akan menyatakan ujian itu sungguh berat. Meninggalkan nilai material yang barangkali selama ini mereka rintis dan perjuangkan. Berpindah kesuatu tempat asing yang penuh spekulasi. Toh kecintaan Nabi dan para sahabat akan Islam mengalahkan kecintaan pada semua itu. Kesucian akidah telah berada di atas segalanya. Hal ini sekaligus menegaskan betapa maslahat “din” menempati pertimbangan tertinggi dari maslahat-maslahat yang lain.
- Hijrah menegaskan adanya perseteruan abadi antara kebatilan versus kebenaran yang kita tidak boleh ragu ragu dalam memutuskannya, sesuai dengan apa yang telah Allah dan Rosulnya gariskan (Surat Al Baqarah ayat 147)
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
“Kebenaran itu datang dari Rabb-mu maka jangan sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu-ragu”.
Hadirin Sidang Jumat …
Betapa kita sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk bangkit menjadi umat yang terbaik (khoeru Ummah) bukan sebaliknya, menjadi umat yang mengalami kelumpuhan berfikir, kelumpuhan nurani dan beraksi sehingga melahirkan generasi pemalas yang akhirnya menjadi generasi yang hanya pandai berangan-angan sehingga tidak mustahi akhirnya akan menimbulkan kelumpuhan suatu bangsa, suatu generasi dan akan melahirkan generasi yang mandul, ummat yang rapuh dan bangsa yang stagnan. Padahal Allah sudah memberikan peringatan dalam Al-Qur’an (QS. Ali Imran:139) :
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi jika kamu orang-orang yang beriman”.
Sayyid Quthb berkata: Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah kamu bersedih hati atas apa yang menimpamu; dan jangan pula kamu bersedih hati atas apa yang lepas dari tanganmu, padahal kamu adalah orang-orang yang tinggi kedudukannya. Sementara Imam AsySyaukani berpendapat dari segi makna saling berkaitan. Artinya jika kamu beriman maka janganlah kamu bersedih, dan jika kamu beriman maka kamulah orang yang paling tinggi derajatnya.
Hal serupa bisa kita dapatkan dalam teks ayat yang lain, QS. Ali Imran : 146
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dar ipengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah SWT, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Begitu pula dengan FirmanNya QS.Muhammad : 35 :
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
“Maka janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu”.
Sering kita tidak menyadari bahwa kita memiliki potensi untuk mengatur menjadi “imam” bagi umat lain, menjadi imamnya peradaban dan budaya. Sesungguhnya Allah membuka kesempatan bagi kita untuk menjadi ummat terbaik di mata dunia. Kita sering lupa bahwa Allah memberi kita potensi untuk menjadi umat pilihan, ummat penengah yang mampu memberikan rahmat dan kesejukan pada sesama, mampu menebarkan keadilan, melindungi hak-hak manusia dan menghargai martabat mereka, bukan sebaliknya. Sebagai mana FirmanNya dalam QS. Ali Imran:110 :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Juga dalam QS.Al Baqarah:143 :
وكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi (perbuatan) manusia”.
Dari ayat-ayat di atas dapat kita pahami sesungguhnya Allah SWT telah mendesain kita (umat Islam) sebagai umat pilihan, umat yang dapat mendatangkan kesejukan, memberikan rasa nyaman, memberikan keadilan dan menghargai martabat manusia. Namun terkadang akibat keserakahan, ketamakan, iri dengki, hasud dsb kita jauh keluar jalur dari desain Allah. Sehingga akibatnya tidak hanya merugikan sipelaku tapi juga mengakibatkan kerugian kepada yang lain dan syariat Islampun sebagai rohmatan lil alamin menjadi ternoda karenanya.
Mudah mudahan kita memasuki tahun Baru 1437 H ini Kita diberi kesempatan untuk senantiasa istiqomah dalam keimanan dan ketaqwaan, tetap optimis, mulai dari diri kita sendiri (ibda’ binafsik) dan selanjutnya bermetamorfosis hijrah menjadi kasadaran umat, sehingga kita mampu menempatkan diri pada tempat yang seharusnya sesuai dengan bimbingan Allah dan Rosulnya. Hijrah bukan hanya pindah dari suatu tempat ketempat lainnya. Tapi makna hijrah secara luas adalah perubahan, termasuk perubahan pola pikir dalam menempuh perjalanan hidup di dunia yang sementara ini menuju akhirat yang abadi
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين. أما بعد أيها الإخوة المسلمون ادعوكم ونفسى إلى تقوي الله فقد فاز المتقون االلهم اغفرللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ . رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ربنا اغفرلنا ولإخواننا الدين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم . اللهم اهله علين بالآمن والايمان والسلامة والآسلام والعلفية ورزق الحسان ربي وربك الله هلال رشد وخير
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الأخرة حسنه وقنا عذاب النار . سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
By: Eka Mulyana
Copyright Pesantren di Tasikmalaya : PESANTREN KHZ MUSTHAFA SUKAMANAH.
One Response to Makna Tahun Baru Hijriyah