Pengabdian diri
Ibadah adalah ketundukan jiwa kepada Yang Maha Pencipta secara meyeluruh dengan penuh rasa cinta atau ibadah juga biasa didefinisikan sebagai sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhannahu wa Ta’ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Karena itu Ibadah yang benar akan melahirkan sikap dan prilaku yang positif dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi bekal dan pegangan dalam mengemban amanah sebagai hamba Allah swt. khususnya amanah da’wah. Di antara dampak positif dari ibadah adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya keimanan.
Ulama Ahlu As-sunnah WalJama’ah sepakat bahwa iman mengalami turun dan naik, kuat dan lemah, pasang dan surut, menguat dengan amal shalih atau ketaatan dan menurun karena maksiat. Dan sala satu ciri orang beriman adalah terketuknya pintu hati, bila disebutkan kepadanya nama Alloh
Allah berfirman:
انماالمؤمنين الذين اذا ذكرالله وجلت قلوبهم واذاتليت عليهم ءايته زادتهم ايمانا وعلى ربهم يتوكلون
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- ayatNYA bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(Al-Anfaal:2)
2. Menguatnya ketawakalan kepada ALLOH SWT.
Hal ini mungkin bisa dicontohkan dengan kejadian pda kaum muslimin disaat menghadapi kekuatan sekutu pada perang ahzab. Keyakinan mereka akan kemenangan yang dijanjikan Allah semakin mantap dan keimanam mereka semakin kuat.
ولما رءا المؤمنون الاحزاب قالوا هذاماوعدنا الله ورسوله وصدق الله ورسوله وما زادهم الا ايمانا وتسليما
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (Al-Ahzab:22).
Dan ibadah yang dilandasi penyerahan diri dan ketaatan kepada Allah akan menghasilkan banyak hal positif, sebagaimana firman Allah:
بلى من اسلم وجهه لله وهو محسن فله اجره عند ربه ولا خوف عليهم ولا هم يحزنون
“(tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqoroh:112).
3. Ihsan
Ihsan dalam beribadah, yaitu as-syu’ur bii muroqobatillah (merasa selalu diawasi Allah) sebagaimana Rasulullah menjelaskan dalam hadits:
الْإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاك
“Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Allah Melihat kamu.” (HR.Bukhari).
Ketika seorang muslim merasa diawasi Allah dalam beribadah, maka pasti dia aka memaksimalkan nilai ibadahnya yang sesuai dengan petunjuk syari’at dan penuh ikhlas, inilah yang dimaksud dengan ihsan di dalam surat Al-Mulk ayat 2. Para ahli tafsir sepakat yang dimaksud dengan amal yang lebih baik adalah amal yang mengikuti syariat dan ikhlas karena Allah. Rasulullah SAW membahasakan dengan kata itqon seperti dalam hadits berikut ini,
عن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إن الله عز وجل يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه
Dari A’isyah ra. bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai bila seorang di antara kamu mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan itqon(professional).” (HR.Thabrani).
Dan pada Hadits lain Beliau menjelaskan:
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ :َقَالَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
Dari Syaddad bin Aus ra. berkata, bersabda Rasulullah saw.: Sesunggguhnya Allah mewajibkan ihsan (profesional) dalam semua urusan, jika kamu membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, tajamkanlah pisaunya dan sembelihlah dengan cara yang menyenangkan binatang yang disembelih.” (HR.Muslim)
4. Ikhbat (tunduk).
Ibadah yang sebenarnya manakala dilakukan karena kesadaaran dan dorongan hati, bukan formalitas dan rutinitas belaka.
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizqikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”
Tunduk dan patuh baru akan tumbuh apabila didasari pemahaman yang dalam dan keimaanan yang kuat sebagaimana firman Allah:
وليعلم الذين اوتوالعلم انه الحق من ربك فيؤمنوا به فتخبت له قلوبهم وان الله لهاد الذين ءامنوا الى صراط مستقيم
“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (al-Hajj 54).
5. Tawakkal.
Ibadah yang benar berdampak terhadap kehidupan seseorang ketika ia sedang menghadapi tantangan hidup, terutama tantangan da’wah. Para Nabi ketika menghadapi ponolakan dari kaum mereka, mereka menyerahkan semua urusannya kepada Allah, sebagai mana yang dicontohkan oleh Nabi Hud ‘Alaihissalam.
انى توكلت على الله ربي وربكم ما من دابة الا هو ءاخذ بناصيتها ان ربى على صراط مستقيم
“Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud :56).
Dan pada ayat lain Alloh SWT berfirman:
فان تولوا فقل حسبي الله لااله الا هوعليه توكلت وهو رب العرش العظيم
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.” (at-Taubah:129).
6. Mahabbah (rasa cinta).
Dengan ibadah yang benar dan baik seorang mu’min akan merasakan cinta yang mendalam kepada Alloh SWT. Yang kemudian dia akan mendapatkan balasan cintanya dari Alloh jauh lebih baik dari pada cintannya. Karena Dialah Alloh yang maha luas rahmatnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
Dari Abu Hurairah ra. berata, bersabda Rasulullah saw. “Sesungguhnya Allah berfirman: “Barang siapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku ,maka Aku telah mengumumkan perang padanya, dan tidaklah hamba-Ku melakukan pendekatan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain melakukan apa yang telah Aku wajibkan padanya, dan hamba-Ku terus-menerus melakukan pendekatan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, dan menjadi tangan dan kakinya yang dengannya ia bertindak. Jika ia meminta sesuatu kepada-Ku, pasti Aku kabulkan permintaanya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku lindungi dia. Tidak ada sesuatu yang Aku gamang melalukannya selain mencabut nyawa seorang muslim sedangakan ia tidak menyukainya.” (HR.Bukhari).
7. Roja. (mengharap rahmat Allah).
Seorang mukmin dalam beramal hanya mengharapkan rahmat Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
8. Taubat.
kata-kata yang paling sering diungkapkan oleh orang yang beriman terutama yang aktif berda’wah di jalan Allah adalah memohon ampunan dari dosa dan kesalahan.
وما كان قولهم الا ان قالوا ربنااغفر لنا ذنوبنا واسرافنا فى امرنا وثبت اقدامناوانصرنا على القوم الكافرين
“Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (Ali ‘Imran:147).
9. Berdoa.
Orang yang beriman ketika beribadah, selalu meminta kepada Allah, tidak meminta kepada selain-Nya. Firman Alloh:
انما يؤمن بئاياتنا الذين اذا ذكروا بها خروا سجدا وسبحوا بحمد ربهم وهم لا يستكبرون. تتجافى جنوبهم عن المضاجع يدعون ربهم خوفا وطمعا ومما رزقناهم ينفقون
“Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rhabbnya, dan mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rhabbnya dengan penuh rasa takut dan harapan, serta mereka menafkahkan rezki yang Kami berikan.” (As-Sajdah:15-16).
10.Khusyu’.
Orang yang beriman ketika disebut nama Allah hatinya tunduk dan khusyu’ kepada Allah.
قل ءامنوا اولا تؤمنوا ان الذين اوتواالعلم من قبله اذا يتلى عليهم يخرون للأذقان سجدا. ويقولون سبحان ربنا ان كان وعد ربنا لمفعولا. ويخرون للأذقان يبكون ويزيدهم خشوعا
Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadaNYA atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (al-isra:107-109).
Imam Hasan Al-Banna di dalam prinsip-prinsip sepuluh menuliskan:
وللإيمان الصادق والعبادة الصحيحة والمجاهدة نور وحلاوة يقذفهما الله في قلب من يشاء من عباده
“Iman yang sejati, ibadah yang sahih dan mujahadah dalam beribadah dapat memancarkan cahaya dan menghasilkan manisnya beribadah yang dicurahkan oleh Allah ke dalam hati hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.” (prinsip ke 3)
Semua uraian di atas adalah kriteria taqwa, sebagaimana dijelaskan di dalam banyak ayat bahwa tujuan dari ibadah adalah untuk membentuk manusia bertaqwa.
ياايهاالناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتكون
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (al-Baqarah: 21)
Taqwa kepada Allah akan membuka kemudahan-kemudahan dalam segala urusan, memberi keberhasilan dan keberuntungan di dunia dan di akhirat.
ومن يتق الله يجعل له من امره يسرا
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (at-Thalaq 4)
Mudah-mudahan dngan puncak perolongannya serta Rahmat dan Karunianya kita semua dijadikan hambanya yang benar disisinNYA. Amiin.